๐ฉ๏ธ Sayyid Ahmad Zaini Dahlan
Wafat 1304 H) Sayyid Ahmad Zaini (Wafat 1333 H) Saiyid Utsman Betawi_daisy.zip download (Wafat 1350 H) Yusuf bin Isma`il al-Nabhani_daisy.zip download
SayyidAhmad Zaini Dahlan al-Hasany kembali ke rahmatullah pada tahun 1304 H/1886 M setelah menghabiskan usianya di jalan Allah berkhidmat untuk agamaNya. Beliau di maqamkan di Madinah al-Munawwarah. Sesungguhnya amat besar jasa ulama ini dalam mempertahankan pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah sehingga beliau dijadikan tempat gembong2 Wahhabi
Dania memiliki beberapa murid yang masyhur, seperti Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Ahmad ar-Rifa'i, dan Syekh Ahmad Dahman. Rangkuman Isi Kitab Aqidatul Awam. Kitab Aqidatul Awam memuat 57 bait, dimulai dengan pujian kepada Allah dan Rasulullah, serta para sahabat dan keluarga Nabi. Kemudian kewajiban mengetahui sifat-sifat wajib Allah
Dilansirdari syaichona.net, beberapa orang yang sempat menjadi gurunya selama di Mekkah, antara lain Syekh Nawawi Al Bantany, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dan yang lainnya. Empat tahun di Mekkah, Kholil menggantungkan hidupnya pada penjualan karya-karya tulisnya.
Ahmadzaini dahlan menfitnah syaikh muhammad bin Abdul wahab. Dalam bantahannya terhadap dakwah syaikh dia memakai hadits munkar dan palsu untuk berhujjah 6.Al-Aliamah Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi, ulama Iraq. Kata beliau, "Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan keluarga ilmu di Najd. Bapak beliau Syaikh Abdul Wahhab adalah orang alim dan
SyekhSayyid Zaini Dahlan diperkirakan lahir tahun 1816 dan wafat pada tahun 1886. Pada saat beliau menjadi Mufti Syafi'i untuk kota Makkah, ada ulama besar dari India yang mencari suaka politik ke Makkah yaitu Syekh Rahmatullah Hindi. Syekh Rahmatullah Hindi inilah sosok pendiri Madrasah Saulatiah yang banyak mengkader ulama-ulama di Indonesia.
SayyidAhmad Zaini Dahlan Adalah salah seorang "Syaikhul Islam" yang ilmu dan dakwahnya menyebar ke seluruh penjuru dunia. beliau merupakan pengajar terkemuka di Masjidil haram yang kala itu
Diantara3 gurunya ini yang paling berpengaruh pada pada intelektual Sayyid Usman adalah Ahmad bin Zaini Dahlan. Sayyid Usman menetap di Mekkah selama 6 tahun (sampai umur 26 tahun) kemudian Sayyid Usman melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Hadramaut dan menetap disana selama 15 tahun. Sebagaimana di Mekkah, Sayyid Usman banyak menimba ilmu
syarahsayyid ahmad saini dahlan di Tokopedia โ Promo Pengguna Baru โ Cicilan 0% โ Kurir Instan.
L6FEw7V. Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, beliau lahir dari keluarga yang menjaga tradisi keislaman. Berasal dari keturunan Sayyid dari jalur Sayyidina Hasan cucu Rasulullah. Kehadiran Sayyid Ahmad Zaini Dahlan memiliki arti penting dalam jaringan para ulama khususnya Indonesia, karena hampir seluruh para ulama besar sesudahnya berada pada jejaring murid dari murid Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Sayyid Zaini Dahlan demikian beliau biasa disebut, mengawali belajarnya kepada ayahnya yang dikenal seorang yang taat dan menjunjung tinggi ajaran Datuknya Rasulullah. Setelah menghafal berbagai macam bait-bait matan dari berbagai ilmu, Sayyid Zaini Dahlan kemudian mempelajari al-Qurโan dengan berbagai cabang keilmuan yang ada di dalamnya. Beliau disebutkan oleh Sayyid Bakhri Syatta pengarang Kitab Iโanatuththalibin yang juga muridnya, bahwa Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan menguasai berbagai Qiraโat, bahkan menghafal dengan Mutqin Matan Syatibiyah dan Jazariyah yang merupakan panduan dalam memahami ilmu bacaan al-Qurโan. Semenjak kecil Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah dikenal ketekunannya dalam menuntut ilmu pengetahuan. Selain cerdas, saleh, beliau juga sangat bersungguh-sungguh dalam memahami berbagai cabang keilmuan yang diajarkan oleh para ulama di Kota Makkah sehingga tidak mengherankan bila kemudian beliau menjadi seorang ulama besar pada masanya, dan bahkan menjadi Syekhul Islam artinya seseorang yang memiliki kompetensi berbagai cabang keilmuan yang mumpuni. Baca Juga Syekh Abdul Karim al-Bantani; Mursyid Terekat dan Pejuang Kemerdekaan Tentu kealiman Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan tidak bisa terlepas dari didikan para ulama Kota Makkah ketika itu. Di antara ulama yang dianggap sebagai syekh futuh beliau atau guru yang banyak berperan dalam pengembangan keilmuan beliau adalah Syekh Usman bin Hasan Dimyathi al Azhari. Syekh Usman ialah pemuka ulama Mesir yang mendapatkan ilham untuk datang ke Kota Makkah dan membuka halakah keilmuan, dan salah satu murid yang mewujudkan ilham tersebut adalah Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Karena dari Syekh Sayyid Zaini Dahlan kemudian membentuk jejaring ulama yang sangat banyak, bahkan beliau bisa digolongkan sebagai Syekhul Masyayikh atau Mahaguru ulama di Nusantara. Banyak sekali ulama dari berbagai wilayah yang kemudian belajar dan menimba ilmu dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Sebut saja di antara para ulama tersebut adalah Syekh Sayyid Abu Bakar Syatta al-Dimyathi, Syekh Nawawi al Bantani, Syekh Saleh Darat Semarang, Syekh Abdul Hamid Kudus, Syekhuna Cholil Bangkalan, Sayyid Abdullah Zawawi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Tuan Kisai Syekh Amrullah, Sayyid Utsman Mufti Batavia, Syekh Sayyid Ali Al-Maliki, Syekh Abdul Wahab Basilam, dan beberapa ulama dari Fathani Thailand seperti pengarang Kitab Mathlaโul Badrain, Aqidatun Najiโin dan lain-lain. Bahkan beberapa ulama besar Aceh diperkirakan berguru kepada beliau adalah Teungku Chik Abdul Wahab Tanoh Abee, Teungku Chik Di Tiro, Teungku Chik Pantee Kulu, Teungku Chik Pantee Geulima, karena masa kedatangan para ulama Aceh tersebut, ketika puncak karier ilmiahnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Adapun Syekh Abdul Wahab Tanoh Abee yang dikenal dengan Teungku Chik Tanoh Abee Qadhi Rabbul Jalil kerajaan Aceh disebutkan selain mengambil ijazah sanad dari Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, juga sempat berguru kepada gurunya Sayyid Ahmad Zaini yaitu Syekh Utsman bin Hasan al Dimyathi. Karena usia antara kedua orang ulama itu berdekatan. Syekh Sayyid Zaini Dahlan diperkirakan lahir tahun 1816 dan wafat pada tahun 1886. Pada saat beliau menjadi Mufti Syafiโi untuk kota Makkah, ada ulama besar dari India yang mencari suaka politik ke Makkah yaitu Syekh Rahmatullah Hindi. Syekh Rahmatullah Hindi inilah sosok pendiri Madrasah Saulatiah yang banyak mengkader ulama-ulama di Indonesia. Bahkan pendiri Darul Ulum Makkah juga lulusan Madrasah Saulatiah tersebut. Selain sebagai ulama yang banyak mengkader para ulama generasi sesudahnya, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga seorang ulama penulis. Banyak kitab-kitab yang beliau tulis tersebar ke seluruh penjuru dunia, baik dalam bidang sejarah, fikih, tauhid, tasawuf dan ilmu gramatika Arab. Salah satu karyanya adalah Kitab Mukhtasar Jiddan yang merupakan ulasan tuntas untuk Matan Jurumiyah. Kitab Mukhtasar merupakan kitab yang membahas ilmu nahwu, dimana Syekh Sayyid Zaini Dahlan di bagian awal kitab menyebutkan kisah asal muasal ilmu nahwu. Di bagian awal kita tersebut juga beliau mengulas tentang mabadiโ asyarah atau pengantar awal sebelum mengaji ilmu nahwu secara mendalam. Dari tulisannya nampak beliau seorang yang berfikir sistematis dan langsung ke persoalan. Hal yang menarik dari Kitab Mukhtasar Jiddan beliau di bagian akhir juga menceritakan secara sekilas tentang penyusunan Matan Jurumiyah yang banyak disyarah oleh para ulama dari generasi ke generasi. Baca Juga Raudhah al-Hussรขb fรฎ Aโmรขl al-Hisรขb, Manuskrip Matematika Islam Nusantara Karangan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau Pada masa hidupnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga puncak dari pergerakan Wahabiyah di Kota Suci Makkah. Dan beliau termasuk ulama yang banyak membantah kekeliruan pemahaman dari aliran tersebut. Beliau dengan gamblang dan jelas mengkritisi hal-hal yang meleset dari pemahaman Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebagai seorang ulama, Syekhul Islam dan Mufti Syafiโi, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah menyelesaikan risalah sebagai Waratsah Nubuwah. Beliau juga seorang ulama mujaddid yang telah mentajdid agama dengan murid-muridnya yang tersebar di seluruh dunia Islam. Setelah berbagai kiprah yang besar, pada tahun 1886 dalam usia sekitar 70 tahun wafatlah ulama besar tersebut di Madinah.[] Rahimahullah Rahmatan Wasiโatan. Alfaatihah.
Sebagian besar dari kita mungkin masih mempunyai pandangan atau stigma negatif jika ada ulama yang dekat dengan penguasa. Stigma tersebut bisa jadi bermula dari anggapan bahwa setiap penguasa itu kotor dan sangat jauh dari doktrin-doktrin keagamaan. Hal tersebut diperparah dengan narasi bahwa sebagian ulama yang mendekat kepada penguasa tidak lain hanyalah boneka yang sedang mencari panggung dengan menjilat penguasa. Tentu pandangan tersebut sangatlah berlebihan. Jika kedua hal tersebut terus dibenturkan ya tentu tidak akan menemukan titik agama dan kekuasaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai pertalian yang begitu kuat. Meminjam istilah Imam Al-Ghazali dua hal tersebut adalah dua saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan. ุงูุฏูููููู ููุงููู
ูููู ุชูุฃู
ูุงููุ ููุงูุฏูููููู ุฃูุตููู ููุงูุณููููุทูุงูู ุญูุงุฑูุณูุ ููู
ูุง ููุง ุฃูุตููู ูููู ููู
ูููุฏูููู
ู ููู
ูุง ููุง ุญูุงุฑูุณู ูููู ููุถูุงุฆูุนูโAgama dan kekuasaan negara adalah dua saudara kembar. Agama merupakan pondasi, sedangkan kekuasaan negara adalah pengawalnya. Sesuatu yang tidak memiliki pondasi, akan runtuh, sedangkan sesuatu yang tidak memiliki pengawal, akan tersia-siakanโ.Oleh sebab itu di antara para ulama salaf semenjak dahulu juga banyak yang dikenal dekat dengan penguasa. Salah satu ulama yang berinteraksi dengan penguasa adalah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, salah seorang mufti Syafiโiyyah di Mekkah abad 19. Ia merupakan mahaguru dari banyak ulama nusantara, seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Abdul Hamid Kudus, Kholil Bangkalan, Sholeh Darat, Sholeh Langitan dan sederet ulama besar lainnya. Secara garis keturunan, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan masih bersambung dengan Syekh Abdul Qodir al-Jailani dan Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Ahmad bin Zaini Dahlan mempunyai kedudukan yang tinggi di kalangan ulama tanah Haram Mekkah. Ia sangat diperhitungkan. Banyak sekali gelar kehormatan yang tersemat dalam dirinya. Ia juga memiliki banyak karya kitab berbagai disiplin keilmuan yang sampai saat ini masih terus dikaji, bahkan di penghujung usianya beliau masih sangat produktif. Setiap hari tak kurang lima halaman kitab selalu ditulis beliau di sela-sela sibuk mengajar di Masjidil Haram dan terus menulis kitab. Syekh Ahmad Zaini Dahlan juga begitu memperhatikan pendidikan di kalangan penguasa. Perhatian terhadap penguasa ini bermula ketika guru beberapa ulama Nusantara ini mendapatkan perintah dan titah oleh gurunya, yakni Sayyid Utsman bin Hasan ad-Dimyathi guru memerintahkannya untuk memperhatikan dan masuk di lingkaran penguasa kala itu. Sayyid Utsman memerintahkan agar ia senantiasa mendampingi para penguasa dalam rangka menyebarkan ilmu di antara mereka, sekaligus memberikan rambu-rambu yang mesti diperhatikan oleh mereka agar tidak melewati batas-batas yang telah diatur oleh syariat. Secara detail pesan Sayyid Utsman pernah dicatat oleh Sayyid Abu Bakar Syatho dalam kitab Nafhat al-Rahman fi Baโdzi Manqib Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlanุงูุนูููู
ู ููู ููููู ุงููุงููุณู ุญูุณููู, ููููููููููู ููู ุงููุฃูู
ูุฑูุงุกู ููุงูุฑููุคูุณูุงุกู ุฃูุญูุณููู. ููุฃููููููู
ู ุฅูุฐูุง ุตูููุญููุง ุตูููุญูุชู ุงูุฑููุนููููุฉู. ููุตูููุงุญูููู
ู ุฅููููู
ูุง ูููููููู ุจูุงููุนูููู
ู ููุงูุฑููููุงููุฉู. ููุจููู ููุนูุฑููููููู ุฑูุชูุจูุฉู ุฃููููู ุงููุนูููู
ู ู
ููู ุณูุงุฆูุฑู ุงููุนูุจูุงุฏู ููููุนูููููููููููู
ู ุนูููู ู
ูุง ุฃูุฑูุงุฏููุง ู
ููู ููุดูุฑู ุงูุนูููู
ู ููุฑูุฏูุนู ุงููููุณูุงุฏูโIlmu bagi sebagian besar manusia akan menjadikan manusia menjadi baik. Sedangkan ilmu jika dimiliki oleh seorang penguasa akan jauh lebih baik. Karena jika para penguasa tersebut baik maka rakyatnya pun juga akan menjadi baik. Dan kebaikan para penguasa tidak lain haruslah berdasarkan ilmu dan riwayat. Dengan dasar ilmu pengetahuan mereka akan mengerti kedudukan dari seorang ahlul ilmi dan ulama di antara semua manusia. Dengan begitu para penguasa akan turut serta membantu misi-misi para ulama untuk menyebarkan ilmu dan memberangus kerusakan.โSayyid Ahmad bin Zaini Dahlan pun dengan tulus melaksanakan perintah gurunya. Dengan harapan dakwah tersebut bisa menjangkau kalangan yang lebih luas. Sayyid Ahmad pun tak bergeming dengan suara sumbang yang merendahkan keputusannya untuk tetap menjalin relasi ilmu dengan para penguasa. Ia tak memperdulikan semua sekali pihak yang memandang sebelah mata, tak terkecuali beberapa kawan sejawatnya. โBagaimana bisa seorang ulama masuk dalam lingkaran penguasa, padahal sudah jelas dekat penguasa adalah hal yang dilarang. Ulama istana tak ubahnya adalah pencuri yang juga mesti dipotong tangannyaโ. Menanggapi hal ini, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan santai saja. Beliau berpendapat bahwa justru para ulama mempunyai kewajiban moral untuk dekat dengan penguasa. Dekat dalam artian memberikan pengaruh dakwah kepada mereka bukan untuk dipengaruhi. Karena menurutnya, ulama memang bisa memberikan hukum halal, haram, boleh atau tidak dalam prespektif syariat, namun ada satu wilayah yang tidak bisa disentuh oleh para ulama, dan wilayah ini hanya bisa dijalankan oleh penguasa. Apa itu? Tidak lain adalah membuat peraturan perundangan undangan dan mengawasi titik ini, menurut Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, ulama tidak bisa berbuat sebagaimana penguasa. Jika pemerintah atau penguasa dalam setiap kebijakannya dipengaruhi dan dilatarbelakangi dengan ilmu para ulama, bisa jadi manfaat dan ilmu para ulama akan lebih bisa diterima oleh masyarakat. Begitu pula sebaliknya. Bayangkan jika ternyata ketika membuat kebijakan para penguasa tidak menjadikan para ulama sebagai dasar. Bisa jadi buah dan hasil kebijakannya akan jauh dari syariat. Dan hal ini tentu adalah tanggung jawab Imam Ghazali pun ikut dikutip. Menurut Imam al-Ghazali, jika tujuan masuk circle kekuasaan adalah untuk membuat kerusakan pada kaum muslimin maka hal ini jelas dilarang agama. Akan tetapi jika sebaliknya maka hal ini sangat dianjurkanุฅูุฐูุง ููุงูู ููุณูุชูุนููููู ุจููู ุนูููู ุฅูุถูุฑูุงุฑู ุงููู
ูุณูููู
ููููู ูู ุฅููุซูุงุฑู ุงูุฏููููููุง ุนูููู ุงูุฏูููููู. ููุฃูู
ููุง ุฅูุฐูุง ููุงูู ููุฅูุตูููุงุญู ุงููุนูุจูุงุฏู ููุฅูููููู ููููุณู ุจูู
ูู
ูููููุนู ุจููู ูููู ู
ูุชูุนูููููู ุนูููู ุงููุนูููู
ูุงุกู ููุงูุฒููููุงุฏู.โHukum dekat dengan penguasa adalah haram Jika tujuan masuk dalam lingkaran penguasa adalah untuk mencelakai orang Islam dan mengejar kekuasaan dunia,. Adapun jika tujuannya adalah untuk memberikan kemanfaatan kepada manusia maka itu tidaklah dilarang, bahkan itu juga bisa jadi sebuah kewajiban bagi seorang ulama dan para zahidโSehingga sekalipun Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dikenal dekat dengan penguasa, akan tetapi terdapat misi dan tujuan besar yang hendak dicapainya. Bukan sekedar dekat atau memanfaatkanโ posisinya seharusnya niat dan tujuan kita dalam menjalin relasi dengan penguasa, yaitu agar masyarakat dan para ulama memiliki andil dalam jalannya roda pemerintahan. Di sisi lain, penguasa tidak seenaknya dalam membuat norma dan relasi ulama dan umara diniati dan terlaksana dengan baik, bukan tidak mungkin kelak akan terwujud tatanan masyarakat yang tenang, sejahtera dan beretika. AN
Di kalangan pesantren, nama Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sungguh masyhur sebagai pembela ajaran Ahlussunnah wal Jamaโah Aswaja. Lahir tahun 1232 H atau 1816 M di kota Makkah, beliau kelak menjadi mufti terakhir Haramain Makkah dan Madinah pada zaman kesultanan Turki Utsmani. Beliau merupakan keturunan Al-Quthb ar-Rabbani Syaikh Abdul Qodir al-Jailani. Jelas, beliau adalah bagian dari Ahlul Bait Rasulullah SAW, melalui garis keturunan Sayyidina Hasan RA, cucu Rasulullah SAW. Jika kita di bumi Nusantara ini mengenal ulama-ulama termasyhur macam Syaikh Nawawi al-Bantani, Muhammad Sholeh Darat as-Samarangi, Syaikh Khatib al-Minangkabawi, Sayyid Utsman bin Yahya al-Batawi, Syaikh Abdul Hamid Kudus, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, dan banyak lagi ulama-ulama besar lainnya, mereka adalah anak didik Sayyid Ahmad Zaini bin Dahlan. Sebagai seorang guru, nama beliau cukup masyhur, karena santri-santrinya menjadi ulama-ulama besar masing-masing daerah di Nusantara. Maka, nama beliau harum di kalangan pesantren salaf di Nusantara. Selain sebagai guru, Sayyid Ahmad Zaini bin Dahlan adalah sesosok panutan yang argumentasi-argumentasinya menjadi benteng ajaran Aswaja dari rongrongan orang-orang Wahabi yang jelas-jelas bertentangan dengan ulama-ulama Aswaja yang membolehkan tradisi tawassul, ziarah kubur, yasinan, tahlilan, 40 harian, dan banyak lagi tradisi-tradisi yang sampai hari ini masih dirawat oleh umat Muslim Indonesia yang dituduh bidโah oleh Wahabi. Dimana tradisi kebiasaan itu telah menjadi bagian penting dari ekspresi keberislaman orang-orang Nusantara sejak dulu. Salah satu pendangan Sayyid Ahmad Zaini bin Dahlan tentang ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, bahwa hal itu adalah sunnah dengan mengambil dasar rujukan dari hadits riwayar Ibnu Adiy, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda โBarang siapa yang melaksanakan ibadah haji, tetapi tidak menziarahiku, berarti ia telah berlaku kasar terhadapkuโ. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sendiri mengatakan Banyak sekali hadits shohih yang secara terang-terangan menyatakan ziarah ke makam Nabi, seperti; Barang siapa menziarahi makamku, ia pasti akan mendapat syafaโatkuโ. Indonesia sebagai salah satu negara dengan umat Muslim terbanyak di dunia, serta dengan mayoritas pecinta shalawatan, yasinan, tahlilan, ziarah kubur, bukannya tidak memiliki hambatan, lebih-lebih dengan maraknya gerakan organisasi-organisasi Islam trans-nasional, termasuk di dalamnya faham Wahabi, yang mana tujuan dasarnya yakni menyerukan berdirinya negara Islam disertai dengan ajakan kembali kepada Al-Qurโan dan Sunnah. Sebagai bagian dari memudarkan tradisi keberagaman masyarakat Indonesia, seperti maulidan, haul, atau ziarah kubur karena dianggap bertentangan dengan agama Islam itu sendiri. Ini narasi yang selalu dipakai untuk menghancurkan tradisi keberislaman umat Muslim Indonesia. Hal tersebutlah yang senantiasa ditentang secara keras oleh ulama serta kyai-kyai pesantren, karena Muslim Indonesia memiliki kebiasaan unik dalam mengekspresikan kecintaan serta keyakinan dalam beragama. Lebih lanjut, pandangan kaum Wahabi itulah yang ditentang oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, seorang maha guru yang mendidik ulama-ulama besar Nusantara zaman dulu. Beliau mendidik para santrinya agar menjadi imadiyyin cagak-cagak pembela Aswaja. Tidak sampai situ, beliau pun menulis beberapa kitab dengan tujuan mulia itu. Dalam sekian banyak karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, salah satunya berjudul Ad-Durar as-Saniyyah fi ar-Radd ala al-Wahhabiyyah, dan kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di dalam kitab itu, misalnya, beliau menulis Ziarah ke makam Nabi, sah-sah saja, bahkan sesuatu yang disyariโatkan, diperintahkan oleh al-Qurโan dan al-Hadits, serta disepakati ijmaโ oleh ulama, dengan dalil dalam al-Qurโan Surah An-Nisaโ ayat 64, bahwa ziarah ke makam Nabi tidak menjadi masalah dan tidak bertentangan dengan dalil-dalil muโtabar terkait ziarah dalam yurisprudensi Islamโ. Lebih lanjut, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan menulis Meminta ampun kepada Allah SWT, di sisi beliau Rasul, maka dengan begitu, beliau Rasul akan memohonkan ampun kepada Allah SWT. Dan, ayat yang disebutkan itu Surah An-Nisaโ ayat 64 tidak akan terputus atau terhenti dengan wafatnya Rasulullah SAWโ. Maka, untuk menghindari agar umat Muslim tidak ziarah ke makam Nabi itulah yang kemudian membuat otoritas Arab Saudi pernah mewacanakan untuk membongkar dan memindah makam Rasulullah SAW. Dan kemudian, tidak mengagetkan jika ulama Nusantara macam Wahab Chasbullah menentang wacana itu, disebabkan anggapan keliru pemerintahan Arab Saudi dengan dalil menghindari syirik. Hal demikianlah yang sedari awal ditentang oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dalam karya beliau tentang faham Wahabi. Beliau, sebagai ulama alim yang hidup pada masa-masa awal perkembangan Wahabi, serta sebagai keturunan Rasulullah SAW, yang sepanjang hidupnya membela ajaran Aswaja, maka pantaslah bila Sayyid Ahmad Zaini Dahlan memandang kebiasaan ziarah kubur para wali Allah, istighatsah, tawassul, yasinan, shalawatan, dan tahlilan sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Wallahu aโlam bisshawwab.
sayyid ahmad zaini dahlan