🐡 Renungan Air Hidup Minggu Sengsara
RENUNGAN Dalam liturgi Minggu Palma, kita menemukan dua kisah yang bertolak belakang. Pertama kita merayakan kedatangan Yesus dalam kemuliaan dan sorak-sorai kala memasuki kota Yerusalem. Semua orang berteriak, "Hosana! Diberkati Dia yang datang dalam nama Tuhan!". Namun, yang kedua, tak lama kemudian kita mendengar dalam bacaan Injil yang
1 Bersorak-sorailah dalam Tuhan, hai orang-orang benar, sebab memuji-muji itu layak bagi orang jujur. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik
1Petrus 1: 3-12 | Fajar Pengharapan. Demikian pula halnya dengan kebangkitan Yesus. Ia menjadi fajar pengharapan bagi kita yang percaya kepada-Nya (ay.3), yaitu yang menyangkut tentang keselamatan jiwa (ay.9). kebangkitan-Nya menjadi sumber kekuatan dan penghiburan yang mampu memberikan kehangantan kepada kita selama menjalani beratnya hidup
Tugaskita adalah berjaga-jaga, berdoa, dan dalam keadaan yang selalu siap sedia. Jika ini menjadi hidup kita, maka hari kedatangan Tuhan, entah kapan pun, akan menjadi hari yang penuh kemenangan dan sukacita, bukan menjadi jerat. Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 31 Juli 2022, Setetes Air di Samudra
Pertobatanyang sungguh-sungguh dari orang percaya untuk hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan Pelaksanaan Pemilihan di aras Sinode TATA IBADAH YANG DIUSULKAN. MINGGU SENGSARA II. NYANYIAN YANG DIUSULKAN Persiapan: KJ.No. 169 "Memandang Salib Rajaku" Ses. Nas Pemb: Ydh. 836 Salib Tuhan Pengakuan Dosa : "Bertobatlah"
Renungan Putera Manusia harus ditinggikan, agar orang yang percaya kepada-Nya; "memiliki hidup abadi." Tuhan mengizinkan Putera-Nya ditinggikan (dengan disalib), karena "begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sebab Allah mengutus anak-Nya ke dunia, bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (3:16-17).
SengsaraMembawa Nikmat, Hari ini permenungan kita bersumber pada bacaan-bacaan berikut ini: Bacaan pertama: Kejadian, 3:9-24 Bacaan Injil: Markus, 8:1-10 Ada sebuah ungkapan demikian: "Dengan lapar buat kenyang itu menyenangkan, dengan sakit membuat kesembuhan itu menyenangkandst". Ungkapan ini mau menggugah kita ini: bahwa setiap kesulitan, penderitaan dan persoalan
RenunganHarian Air Hidup: TUHAN PERHATIKAN SENGSARA KITA Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. < Yesaya 53:3 >
KetenanganJiwa Bila Dekat Dengan Tuhan Mazmur 116:7-8 Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu. Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, dan mataku dari pada air mata, dan kakiku dari pada tersandung. Ketenteraman dan ketenangan jiwa adalah dambaan setiap insan manusia.
DopRVgw. Bacaan Yes. 504-7; Flp. 26-11; Mat. 26-27;66 atau 2711-54 Perarakan Mat. 211-11 Perayaan Pekan Suci dan khususnya Hari Minggu Palem tahun ini tentu berbeda atau lain dari biasanya. Kita sedang dalam ancaman Covid-19 atau Corona virus yang sedang melanda dunia, juga sedang mengancam setiap kita di sudut dunia manapun. Berbagai upaya Pemerintah dalam penanganan wabah ini, dan kita pun diminta untuk ikut terlibat dengan penuh kesadaran mengatasi dan bahkan memutuskan mata rantai penyebaran virus ini dengan melakukan tindakan nyata seperti, mengisolasi diri, menjauhkan diri dari kerumunan, untuk tidak ke mana-mana dan tinggal di rumah, disiplin diri jaga kesehatan dan kebersihan, mencuci tangan, mengambil jarak dengan orang yang ada di sekitar kita, meningkatkan daya tahan tubuh melalui makanan yang bergizi, dlsbgnya. Dan karena itu, demi keselamatan dan kesehatan banyak orang, tidak ada ibadah bersama, seperti misa, dll yang memungkinkan banyak orang berkumpul supaya dihindari. Umat dapat mengikuti perayaan ekarisiti secara live streeming melalui TV atah HP. Dengan penuh iman kita terus berdoa dan berpasrah kepada Tuhan agar wabah ini segera berlalu. Merayakan Hari Raya Minggu Palem kali ini tidak dengan sebuah pawai sambil bersorak hossana menyambut Yesus Sang Raja masuk kota Yeruslem, yang ditandai dengan pawai di luar atau di dalam Gereja. Tetapi, dalam keheningan dan kesunyian hati yang mendalam kita menyambut Yesus masuk Yerusalem rumah dan keluarga kita, dalam setiap hati yang penuh kerinduan dan penuh harapan ketika sedang dalam kecemasan di tengah mewabahnya virus corona yang membahayakan hidup setiap orang. Kali ini, tidak dengan daun palem di tangan sambil bersorak gembira akan datangnya Yesus Putera Daud. Kita tetap menyambut Yesus dengan iman yang teguh, Sang Raja yang selalu siap menderita bersama kita. Dia selalu menderita dan mengambil penderitaan kita agar kita diselamatkan. Memang kita sering menjadi ragu akan karya besar Allah yang selalu mengasihi kita, juga ketika kita sedang dilanda wabah corona virus ini. Wabah virus corona ini tidak pandang bulu, tidak pandang suku, bangsa, agama, kaya atau miskin. Maka peristiwa ini harusnya membuat kita sadar bahwa betapa berharganya hidup ini. Tidak hanya dengan daun palma di tangan, tetapi dengan hati yang penuh damai, hati yang penuh kasih, persaudaraan dan pengampunan, kita membiarkan diri kita, hidup kita, keluarga kita dipakai oleh Allah untuk kebaikan dan keselamatan banyak orang, juga menjaga diri kita dari wabah yang melanda dunia ini. Yesus selalu memerlukan kita agar kita mengalami keselamatan. Ia Raja yang rendah hati. Kebesarannya terletak pada cinta dan pengabdian. Ia tetap dan selalu mencintai kita, juga dalam situasi yang sedang kita hadapi saat ini, karena itu Ia masuk ke Yerusalem hati, hidup rumah dan keluarga kita saat ini. Ia juga mau mengalami apa yang sedang kita hadapi dan alami saat ini, bahkan melalui penderitaan, salib dan kematian-Nya kita pun diselamatkan. Ia adalah hamba yang menderita. Bacaan-bacaan yang kita renungkan menggambar betapa Yesus yang tak bersalah itu, dijatuhi hukuman yang tidak adil. Ia menanggungnya demi keselamatan, kebahagiaan dan tebusan bagi kita orang-orang yang berdosa. Hamba yang menderita tidak memperhitungkan keselamatan diri-Nya. Ia tidak dengan terpaksa, tetapi dengan sebuah kesadaran akan ketaatan-Nya pada kehendak Bapa, agar kita manusia yang berdosa ditebus, diselamatkan. Segala penderitaan kita diangkat-Nya. Kepasrahan kepada Allah dan cinta kepada manusia memberanikan Yesus untuk menghadapi jalan yang terpahit sekalipun; sebab Dia meyakini kepastian bahwa tugas perutusan-Nya tidak akan sia-sia. Pesan yang mau disampaikan adalah bahwa hidup di jaman sekarang ini mungkin sulit sekali menghargai sebuah pelayanan. Yesus sang pelayan, hamba yang setia daan menderita demi pelaksanaan pelayanan-Nya. Dan kita sebagaimana yang diharapkan oleh Rasul Paulus agar punya kerelaan dan leberanian untuk melayani Allah dan sesama. Kisah sengsara di hari minggu awal pekan suci ini mengajak kita untuk menyadari bahwa Yesus memerlukan teman berjaga. Berjaga dalam doa, agar kita tidak jatuh dalam dosa. Yesus membutuhkan orang yang diajak kerjasama, membantu dalam berbagai tantangan dan kesulitan seperti saat ini, agar semua orang diselamatkan. Kita tidak bersikap acuh dan masa bodoh, tetapi punya kepedulian atas kehidupan, kesehatan dan keselamatan orang lain. Semoga kita pun berani menyerahkan diri bersama Yesus dalam kesepian dan mau setia kepada kehendak Bapa-Nya. Sebagaimana Yesus, Ia menyatakan kesetiaan-Nya yang tuntas pada salib. Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa badai virus corona telah membuka kelemahan kita. Dia membuka kebiasaan dan kelemahan kita. Badai membuka hati kita untuk menyeimbangkan hidup kita dengan hati kita. Dengan badai, terungkaplah tipuan-tipuan kita yang ditutupi dengan egoisme kita. Dalam masa PraPaskah ini, kita diingatkan untuk kembali dan percaya kepada Tuhan, Kini adalah saat melihat dan memperhatikan satu sama lain. Kita mengundang Yesus ke dalam perahu hidup kita karena Dia-lah yang memenangkan semuanya. Karena Tuhan membuat semuanya menjadi baik. Karena di dalam Tuhan, semua hidup. Tuhan menguatkan iman kita menuju iman Paskah. Kita tahu, melalui salib-Nya kita diselamatkan. Kita memiliki harapan bahwa melalui salib-Nya, kita dirangkul agar kita semua dirangkul oleh kemaharahiman-Nya. Salib bukan karena kesalahan-Nya, tetapi Salib adalah sebuah perjuangan menegakkan Kerajaan Allah. Salib adalah jalan keselamatan, jalan mengenal misteri kasih Allah yang tak pernah berhenti walaupun ada hambatan, tantangan, kesulitan. Salib dan jalan salib adalah jalan keselamatan bagi Yesus, bagi para murid-Nya, bagi kita. Semoga dalam keheningan ketika saat ini kita berdiam diri di rumah, dan dengan diri kita sendiri, kita terus menyerahkan diri dalam kepercayaan karena jalan itulah yang dicontohkan oleh Yesus kepada semua yang hendak mengikuti-Nya. Yang bertahan sampai akhir akan mendapat mahkota abadi. Tuhan memberkati ***** Ditulis oleh Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komisi Kateketik KWI
- Bersabar dalam penderitaan. Itulah seutas kutipan dari Penatua Remine Salindeho, ketika membawakan khotbah, pada ibadah Minggu Sengsara Pertama, GMIBM Molinbagu, Minggu 23/2/2020. Ibadah Minggu Sengsara Pertama di GMIBM Molibagu, dihadiri hampir 90 jemaat baik anak-anak hingga orang dewasa. Penatua Remine memilih Markus 9 ayat 30-37, sebagai pembacaan Alkitab pada ibadah kali ini. "Menghadapi minggu sengsara pertama, jemaat akan dihadapkan dengan berbagai masalah baik dalam keluarga, hingga ke pekerjaan," ucapnya. Namun, Remine mengakui banyaknya masalah hidup harusnya tak membuat jemaat berpaling dari Tuhan Yesus Kristus. "Masalah itu harusnya membuat hubungan kita kian erat dengan Tuhan, bukan menjauh," tegasnya. Menurutnya kunci untuk menghadapi banyaknya persoalan hidup adalah tangan yang terlipat dan memohon kepada Tuhan. "Yakinlah jika Tuhan memberikan cobaan sesuai batas kemampuan kita," ucapnya. Ia pun berharap, kedepannya para umat Kristus tidak kehilangan arah, terutama dalam menghadapi masalah kehidupan. "Bertekun dalam doa, dan minta penyertaan Tuhan dalam menghadapi masalah. Niscaya Tuhan akan menjawab semua doa saudara," tuturnya. Ibadah Minggu Sengsara Pertama di Jemaat GMIBM Molibagu, Kabupaten Bolsel, berlangsung dengan penuh khusyuk. Berbagai puji-pujian baik anak-anak hingga orang dewasa pun, mewarnai jalannya ibadah. Nie
Hari Minggu Prapaskah III U Kel. 173-7; Mzm. 951-2,6-7,8-9; Rm. 51-2,5-8; Yoh. 45-42 panjang atau Yoh. 45-15,19b-26, 39a, 40-42 singkat. Air merupakan salah satu unsur kehidupan setiap makhluk yang hidup. Manusia, hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk kehidupannya. Secara khusus bagi manusia air tidak hanya untuk minum tetapi berguna untuk membersihkan. Bahkan setiap hari air tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Tentang pentingnya air sebagai sumber kehidupan sangat jelas dalam bacaan pertama hari ini. Kitab Keluaran mengisahkan tentang bangsa Israel yang bersungut-sungut kehausan. Mereka hampir mati karena kehabisan air di padang gurun. Namun setelah Allah memberi mereka air, bangsa itu menjadi pulih dan kuat kembali untuk melanjutkan perjalanan menuju tanah terjanji. Bacaan Injil hari ini mengisahkan perjumpaan dan percakapan seorang perempuan Samaria dengan Yesus di dekat sumur Yakub. Hal ini sebenarnya sebuah kejanggalan sebab sangat jelas bahwa keduanya berasal dari suku dan latar belakang yang berbeda. Yang satu orang Samaria, sedangkan yang lain adalah orang Yahudi. Orang Samaria dan orang Yahudi memiliki masa lalu yang kelam sehingga tidak gampang bagi keduanya berkomunikasi satu sama lain. Ini terlihat ketika si perempuan menolak memberi air kepada Yesus. Si perempuan menyadari dirinya tidak layak memberi air kepada Yesus. Apalagi jika diperhatikan, si perempuan datang menimba air pada siang hari. Situasi sosial pada zaman itu, orang yang datang menimba air siang hari adalah mereka yang memiliki moralitas kurang baik. Ketika Yesus membicarakan persoalan terdalam dirinya, perempuan itu terkesima karena mengetahui bahwa Yesus bukan orang Yahudi sembarangan. Percakapan mereka pun berkembang dari mata air sumur biasa menjadi sumber air kehidupan yang luar biasa. Bahkan dari perkataan-perkataan Yesus tersebut membangun kepercayaan si perempuan tentang sumber air yang membersihkan persoalan hidupnya serta menghantar sampai ke hidup yang kekal. Pada masa prapaskah ini kita diajak untuk melihat Allah sebagai sumber kehidupan sejati. Berefleksi dari bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini kita dituntun untuk menemukan bahwa sumber air kehidupan sejati terletak pada setiap perkataan Kristus, sehingga kehidupan kekal ditemukan dengan cara melakukan apa yang dikatakan Yesus dan dikehendakiNya. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma “oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia… dan menerima kemuliaan Allah”. Amin. Fr. Ferdy Poida “Tetapi barang siapa minum air yang Kuberikan ia tidak akan haus untuk selama-lamanya” Yoh. 414 Marilah Berdoa Ya Tuhan Yesus Kristus sabdaMu adalah sumber kehidupan kekal. Amin.
renungan air hidup minggu sengsara